AKTIVI.ID— Pondok Pesantren Madinatul Ilmi Nurul Ikhlas (PPMINI) kembali meluncurkan program baru, kali ini dinamai Literasi PPMINI. Kegiatan literasi ini bertujuan untuk menumbuhkan minat bakat santri PPMINI agar bisa memahami dan mengaplikasikan literasi dalam kehidupan.
Program ini dilaksanakan setiap hari Sabtu sore, dari pukul 16.00 WIB hingga 17.30 WIB, dan akan berlangsung selama satu tahun penuh. Dalam setiap pertemuannya, seluruh santri wajib ikut serta, menjadikan kegiatan ini sebagai bagian dari kurikulum nonformal pesantren.
Pimpinan PPMINI, Tuo Abdul Jamil Al Rasyid, yang juga menjadi penggagas sekaligus pembimbing langsung kegiatan ini, menyatakan bahwa Literasi PPMINI hadir sebagai media berbagi pengalaman dan inspirasi kepada para santri tentang pentingnya pemahaman literasi dalam kehidupan masa kini dan masa depan.
“Program ini adalah program yang mana saya sendiri membagikan pengalaman saya kepada anak santri PPMINI untuk tahu apa itu kegunaan literasi bagi anak muda di masa depan,” ujar Tuo Abdul Jamil Al Rasyid, Sabtu (14/6/2025).
Lebih lanjut, Tuo Abdul Jamil menjelaskan bahwa gagasan awal program literasi ini sudah lama diusulkan kepada Abuya H. Sulkani Tk Sutan, salah satu tokoh sentral pembangunan PPMINI. Namun, karena fokus Abuya saat itu masih pada pengembangan fisik dan infrastruktur pondok pesantren, program tersebut sempat tertunda pelaksanaannya.
“Alhamdulillah telah dilaksanakan pertemuan pertama program Literasi di kalangan PPMINI. Semangat dan antusias santri menjadi nilai lebih pada kegiatan sore hari ini. Awalnya program ini sudah diusulkan dahulu kepada Abuya H. Sulkani Tk Sutan, akan tetapi pada saat itu Abuya mengatakan sedang fokus pembangunan ponpes. Tahun sekarang harusnya terealisasikan. Makanya saya mengusulkan kepada guru tuo di lingkungan PPMINI, kita membuat program baru agar santri ini kelak tidak canggung saat terjun ke tengah masyarakat,” tutupnya.
Kegiatan Literasi PPMINI ini tidak hanya dimaksudkan sebagai latihan menulis atau membaca semata, tetapi juga melatih santri dalam berpikir kritis, menyampaikan gagasan secara runtut, serta membiasakan diri dalam diskusi dan refleksi terhadap isu-isu kontemporer, baik lokal, nasional, maupun global.
Kiprah Sang Pimpinan Pesantren
Menariknya, sosok Tuo Abdul Jamil Al Rasyid sendiri merupakan figur muda inspiratif. Ia dikenal bukan hanya sebagai pimpinan pondok, tetapi juga seorang mahasiswa aktif di Program Studi Sastra Minangkabau, Universitas Andalas. Di tengah kesibukannya mengelola pesantren, ia telah menulis lebih dari 300 artikel yang telah dimuat di berbagai media massa nasional dan lokal. Tidak hanya itu, ia juga telah menjadi narasumber dalam lebih dari 50 acara, baik di stasiun televisi maupun radio di berbagai provinsi di Indonesia.
Rekam jejaknya yang luar biasa ini menjadi sumber inspirasi dan teladan bagi para santri PPMINI. Dengan menjadikan pengalaman pribadi sebagai bahan ajar, ia memberikan nuansa pembelajaran yang kontekstual dan relevan, terutama bagi generasi muda yang hidup di era digital dan informasi seperti saat ini.
Komitmen Lembaga dalam Pembangunan Karakter
Dukungan penuh dari para guru tuo di lingkungan PPMINI juga menjadi faktor penting dalam kelangsungan program Literasi ini. Para pengasuh meyakini bahwa santri masa kini harus dibekali dengan kecakapan lebih dari sekadar ilmu agama. Pemahaman literasi, baik literasi baca tulis, digital, informasi, maupun budaya diyakini mampu memperluas wawasan serta memperkuat jati diri santri sebagai calon ulama yang berdampak bagi masyarakat.
Dalam pelaksanaan pertemuan pertama Literasi PPMINI, beberapa materi dasar yang diperkenalkan antara lain pengenalan makna literasi dalam kehidupan sehari-hari, latihan menulis esai reflektif, hingga diskusi ringan mengenai media sosial dan etika digital. Kegiatan ini akan terus dikembangkan secara bertahap dengan menghadirkan berbagai metode belajar yang interaktif dan menyenangkan.
Dengan berdirinya program Literasi PPMINI, Pondok Pesantren Madinatul Ilmi Nurul Ikhlas sekali lagi membuktikan eksistensinya sebagai lembaga pendidikan yang adaptif dan proaktif terhadap tantangan zaman. Komitmen untuk mencetak generasi ulama intelektual, religius, serta melek informasi dan sosial kini tidak lagi sebatas cita-cita, namun tengah diwujudkan secara konkret dalam kehidupan sehari-hari para santri.*