16.8 C
New York
Minggu, Agustus 3, 2025

Buy now

spot_img

Sliwir, Simbol Kesederhanaan Masyarakat Suku Tialo

Penulis: Syamsuddin / Dosen Fakultas Sastra Universitas Alkhairaat Palu

Masyarakat Suku Tialo yang mendiami wilayah pesisir Teluk Tomini, Kabupaten Parigi Moutong ternyata memiliki tradisi, budaya yang beragam dan unik. Tradisi warisan leluhur ini hingga kini masih terjaga secara turun temurun. Salah satu tradisi unik tersebut dikenal dengan istilah sliwir.

Dalam bahasa Tialo dan Suwawa, kata sliwir berarti orang yang membawa cengkih, minuman dan makanan untuk suguhan tamu pada saat acara perkawinan.

Sliwir menjadi bagian penting pada saat pesta pernikahan masyarakat Suku Tialo.Bagi masyarakat di luar Suku Tialo, tradisi ini terasa unik tapi menarik. Unik karena tidak lazim dilakukan oleh masyarakat suku-suku lain dalam melakukan pesta pernikahan.

Tamu yang hadir dalam perkawinan ini, tidak dilayani dengan hidangan makanan dan minuman ala prasmanan maupun sajian di atas meja panjang. Seperti terlihat pada acara pesta pernikahan di Desa Taniuge, Kecamatan Tomini, awal Juli 2025 lalu.

Tidak ada kue atau menu makanan istimewa yang dihidangkan di meja tamu paling depan yang biasanya ditempati pejabat, tokoh agama dan tokoh masyarakat. Tidak ada perlakukan khusus kepada tamu undangan,seperti halnya acara pernikahan ataupun seremonial pada umumnya.

Seluruh tamu undangan  disambangi sekelompok anak muda yang membawa toples, gelas  dan cerek berisi teh atau kopi panas. Mereka dengan ramah mempersilakan tamu mengambil kue dalam toples dan setelah itu memberikan gelas sembari diisi dengan minuman teh atau kopi. Tergantung selera dan permintaan tamu.

Seluruh tamu undangan begitu menikmati kue dan minuman yang diberikan para sliwir. Camat Tomini, sejumlah kepala desa dan tokoh masyarakat terlihat senang dan santai. Apalagi penampilan grup band lokal yang tampil cukup menghibur pengantin dan ratusan tamu yang hadir.

Di balik kemeriahan pesta itu, sesungguhnya banyak makna dan simbol tersirat. Bahwa pesta pernikahan tidaklah selalu identik dengan kemewahan. Bukannya pelit atau kedua keluarga pengantin tidak mampu melayani para tamunya.  Selain itu, kita juga belajar bagaimana semua tamu diperlakukan sama meski tanpa mengurangi rasa hormat khususnya para pejabat.

Sliwir sebagai tradisi dalam  prosesi pernikahan  telah menjadi simbol kesederhanaan masyarakat suku Tialo. Dalam kajian ilmu semiotika, tradisi ini merupakan bentuk simbol non verbal. Simbol yang  mengandung nilai-nilai luhur dan payut dilestarikan.**

Related Articles

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Stay Connected

0FansSuka
0PengikutMengikuti
0PelangganBerlangganan
- Advertisement -spot_img

Latest Articles