16.7 C
New York
Senin, Agustus 4, 2025

Buy now

spot_img

Raja Tanpa Ratu Tetaplah Raja

Dalam permainan catur, raja adalah simbol dalam permainan karena raja merupakan palang pintu terakhir yang harus mati. Setiap pemain memiliki 16 buah catur, yaitu 1 raja, 1 menteri, 2 gajah, 2 kuda, 2 benteng, dan 8 bidak. Permainan catur merupakan  permainan strategi yang dimainkan oleh dua orang dengan menggunakan papan persegi dan 32 buah catur. Permainan ini biasanya menggunakan strategi khusus yang digunakan oleh dua orang yang sedang beradu taktik untuk membunuh raja lawan agar memperoleh kemenangan. Kemenangan yang didapatkan secara cepat maupun tepat membuat strategi permainan catur adalah hal yang mutlak.

Penulis disini bukan menggali tentang bagaimana strategi dari permainan catur tetapi menganalogikan permainan catur dalam realita kehidupan. Kenapa demikian? Karena menurut penulis permainan catur adalah permainan yang identik dengan kehidupan. Contoh kecilnya saja, di dalam kelompok terkecil yaitu di dalam sebuah keluarga, kita ibaratkan ada ayah, ibu dan anak. Ketiga elemen tersebut sama juga stuktur organisasi yang ada dalam permainan catur, ada pemimpin, ratu dan juga pion. Hal ini yang mendasari penulis menganalogikan permainan catur dalam kehidupan.

Begitu juga dengan organisasi besar misalnya organisasi kemasyarakatan, organisasi lingkungan kampus, organisasi pemerintah. Di organisasi adalah hal yang harus diikuti oleh semua orang. Makanya di setiap pemimpin ada di dalam sebuah organisasi, tentu setiap organisasi ada ideologi yang harus ditaati. Makanya penulis melihat beberapa organisasi akan bertabrakan secara ideologi bahkan saling menjelek-jelekan. Raja adalah pemimpin dari setiap organisasi yang akan kita analogikan sebagai ujung tombak sebuah organisasi. Tetapi penulis disini bukan membahas perihal organisasi tetapi pemimpin dari organisasi karena banyak menurut penulis pemimpin organisasi yang taat pada seseorang di dalam organisasi tersebut karena dia adalah ratu di dalam organisasi tersebut.

Masalah ini sering penulis lihat ketika seseorang masuk ke dalam sebuah organisasi. Pasti ada orang tersebut yang dekat dengan lawan jenis, memiliki hubungan spesial di dalam organisasi tersebut. Maka dari itu penulis melihat beberapa organisasi digunakan oleh oknum-oknum tertentu untuk mencari simpati dari lawan jenis. Lawan jenis merupakan senjata yang ampuh untuk di dalam sebuah organisasi. Tidak jarang kita melihat di dalam sebuah organisasi banyak anggota yang pacaran dan lainnya.

Masalah seperti ini bukanlah masalah besar akan tetapi apabila seseorang memimpin organisasi (raja) maka sebaiknya tidak dianjurkan untuk berpacaran dengan anggota di dalam organisasi tersebut. Karena pasti ada pilih kasih kepada seorang kekasih di dalam pengambilan keputusan yang dilakukan oleh pemimpin tersebut. Penulis melihat lebih banyak dampak negatif dari seorang pemimpin yang memiliki hubungan spesial di dalam sebuah organisasi. Memang tidak ada aturan yang mengikat di dalam organisasi tidak boleh memiliki hubungan spesial akan tetapi menurut penulis hal ini hanya soal adab dan etika saja. Tidak etis apabila kita melihat di dalam organisasi orang-orang banyak pacaran, berduaan dan lainnya.

Tetapi penulis pernah juga melihat di lingkungan kampus contohnya ada beberapa organisasi yang menerapkan  bahwa berpacaran di dalam sebuah organisasi itu dilarang keras. Hal ini adalah salah satu hal yang patut ditiru oleh organisasi-organisasi lain di lingkungan kampus. Apalagi pemimpin di dalam sebuah organisasi tersebut, sangat dilarang keras oleh senior dan anggota di dalam organisasi itu. Sebenarnya organisasi adalah wadah untuk belajar banyak orang bukan untuk mencari hubungan dengan lawan jenis.

Penulis juga melihat banyak dari pemimpin organisasi yang memiliki pacar sesama orang yang ada di dalam organisasi tersebut. Masalah seperti ini lebih berbahaya ketimbang anggota berpacaran dalam ruang lingkup organisasi. Bisa jadi karena kasus seperti ini, yang memimpin organisasi tersebut bukan raja tetapi ratu yang mengendalikan dari belakang. Banyak juga kejadian seperti ini di dalam organisasi terutama di lingkungan kampus, banyak pemimpin organisasi disukai oleh orang karena ketenaran yang dia miliki. Memimpin organisasi sama dengan permainan catur yang kita kendalikan, raja tidak boleh mati terlebih dahulu karena apabila raja mati permainan akan berakhir.

Untuk itu, raja tanpa ratu tetaplah raja, kenapa demikian? Karena raja merupakan orang yang tidak bisa diganggu gugat keputusan yang dia buat. Pemimpin adalah raja di dalam sebuah organisasi. Tidak ada intervensi dari pihak-pihak lain apabila kita memimpin organisasi. Menurut penulis masalah yang paling rentan adalah intervensi dari hubungan dengan lawan jenis yang dilakukan oleh oknum ratu yang mengendalikan para raja. Makanya raja tanpa ratu tetaplah raja. Satu hal yang penulis yakini sampai saat ini adalah apabila ingin aktif berorganisasi, meniti kariri, meraih ada di masa depan, hindarilah orang-orang yang akan menghambat hal tersebut baik itu hubungan lawan jenis, salah pergaulan dan lainnya. **

Related Articles

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Stay Connected

0FansSuka
0PengikutMengikuti
0PelangganBerlangganan
- Advertisement -spot_img

Latest Articles