AKTIVI.ID– Setiap Rabu malam, Pondok Pesantren Madinatul Ilmi Nurul Ikhlas Lubuak Aro Tandikek selalu dipenuhi semangat dakwah dari para santri. Suasana penuh khidmat menyelimuti area pesantren saat para santri melaksanakan kegiatan Latihan Muhadarah, sebuah program rutin mingguan yang telah menjadi tradisi mendalam di lingkungan pesantren tersebut.
Kegiatan Muhadarah yang secara harfiah berarti “hadir-menghadiri” bukan sekadar latihan ceramah biasa. Namun menjadi wadah pembinaan dan penguatan mental bagi para santri untuk menjadi dai yang mampu berbicara di hadapan masyarakat. Seperti yang disampaikan oleh Ketua Muhadarah, Tuo Riski Candra, program ini dirancang bukan hanya sebagai pelatihan, melainkan juga sebagai ajang kompetisi internal yang memacu semangat santri.
“Kegiatan ini adalah acara untuk melatih mental santri sebelum kelak terjun berceramah di tengah masyarakat. Muhadarah ini tidak hanya sebatas latihan, tapi juga diperlombakan di kalangan santri,” ujar Tuo Riski, Rabu (21/5/2025) malam.
Kompetisi Muhadarah diadakan dalam dua tingkatan, yakni tingkat Tsanawiyah (setingkat SMP) dan tingkat Aliyah (setingkat SMA). Setiap santri mendapat kesempatan untuk tampil dan menunjukkan kemampuan berceramahnya. Di akhir tahun, kegiatan ini akan mencapai puncaknya dalam sebuah acara besar yang diisi oleh para guru senior (guru tuo), yang turut memberikan contoh dan motivasi bagi para santri.
“Tingkatan ini disesuaikan dengan skill ceramah dan juga usia dari santri itu sendiri. Semoga para santri sukses dalam belajar muhadarah di pondok pesantren ini,” tutup Tuo Riski Candra.
Sementara itu, Pimpinan Pondok Pesantren Madinatul Ilmi Nurul Ikhlas, Tuo Abdul Jamil Al Rasyid, menegaskan bahwa Muhadarah merupakan program wajib yang harus diikuti oleh seluruh santri setiap minggunya. Program ini bukanlah hal baru, melainkan telah dirancang sejak awal oleh sang pendiri pesantren, Almarhum Abuya H. Sulkani Tk Sutan.
“Acara Muhadarah ini adalah program wajib yang dilaksanakan seminggu sekali oleh santri. Program ini disusun dengan baik oleh Abuya H. Sulkani Tk Sutan sebagai pendiri pondok pesantren ini. Beliau yang meletakkan dasar bagaimana cara menjadi dai yang baik untuk berbicara di tengah masyarakat,” terang Tuo Abdul Jamil.
Sebagai penerus estafet kepemimpinan, Tuo Abdul Jamil mengaku hanya melanjutkan program warisan dari sang ayah, meski tentu dengan berbagai modifikasi dan penyesuaian zaman. “Saya hanya melanjutkan program warisan dari Ayah, tetapi tentunya dengan berbagai modifikasi,” tukasnya.
Pondok Pesantren Madinatul Ilmi Nurul Ikhlas sendiri telah berdiri sejak tahun 1998, didirikan oleh H. Sulkani Tk Sutan, tokoh agama kharismatik yang dikenal luas di wilayah Sumatera Barat. Selama lebih dari dua dekade, pesantren ini telah melahirkan banyak alumni yang sukses, tersebar di berbagai wilayah, terutama di Sumatera Barat.
Dengan semangat yang terus menyala, Pondok Pesantren Madinatul Ilmi Nurul Ikhlas tidak hanya menjadi tempat menimba ilmu agama, tetapi juga kawah candradimuka bagi generasi muda untuk menjadi pendakwah tangguh yang siap membimbing masyarakat menuju jalan kebaikan.*