Oleh: Ahmadan B. Lamuri / (Dosen Universitas Alkhairaat Palu)
Salah satu kemuliaan bulan Ramadhan adalah dimana Allah swt menurunkan al-Qur’an. Al-Qur’an diturunkan dengan tujuan sebagai “hudan” petunjuk bagi manusia dalam menjalankan kehidupannya dipermukaan bumi ini. Sebagai petunjuk bagi manusia tidak perlu diragukan lagi dan Allah jualah yang menegaskan hal itu: “Kitab (Al-Qur’an) ini tidak ada keraguan di dalamnya; (ia merupakan) petunjuk bagi orang-orang yang bertakwa” (Q.S. al-Baqarah: 2).
Demikian pula “Sesungguhnya Al-Qur’an ini memberi petunjuk ke (jalan) yang paling lurus dan memberi kabar gembira kepada orang-orang mukmin yang mengerjakan kebajikan bahwa bagi mereka ada pahala yang sangat besar” (Q.S. al-Isra’: 9).
Selain sebagai petunjuk, al-Qur’an juga diturunkan sebagai mukjizat nabi Muhammad SAW yang terbesar dan paling agung. Dijadikan mukjizat untuk menantang siapa saja yang mau menentang tentang kehadiran Muhammad sebagai nabi serta setiap ajaran yang disampaikan olehnya.
Allah SWT menegaskan: “Jika kamu (tetap) dalam keraguan tentang apa (Al-Qur’an) yang Kami turunkan kepada hamba Kami (Nabi Muhammad), buatlah satu surah yang semisal dengannya dan ajaklah penolong-penolongmu selain Allah, jika kamu orang-orang yang benar” (Q.S. al-Baqarah: 23). Katakanlah, “Sungguh, jika manusia dan jin berkumpul untuk mendatangkan yang serupa dengan Al-Qur’an ini, mereka tidak akan dapat mendatangkan yang serupa dengannya, sekalipun mereka membantu satu sama lainnya.” (Q.S. al-Isra’: 88).
Memang untaian kata dan kalimat al-Qur’an sangat mengagumkan bagi siapa pun yang mendengarkannya. Musthafa Mahmud seorang dokter, filusuf, dan penulis Mesir mengatakan bahwa “al-Qur’an itu tidak di tulis dalam bentuk sajak, namun bentuk prosanya begitu unik sehingga dapat ditemukan sebuah hukum arsitektonik lisan yang mengatur pola musik yang terkandung di dalamnya; tempo atau iramanya begitu jelas dan dikuatkan dengan kualitas huruf-huruf konsonan yang digunakan sang penyair (Allah swt).
Fazlur Rahman salah seorang pemikir kontemporer kelahiran Pakistan mengatakan bahwa al-Qur’an yang terdiri 114 surah, dimana surah-surah yang pendek sekalipun itu mengandung moment psikologis yang dalam dan kuat luar biasa serta memiliki sifat-sifat serta ledakan-ledakan vulkanis yang singkat tapi kuat.
Singkatnya, bahwa kehadiran al-Qur’an dijadikan sebagai bukti adanya kekuasaan yang luar biasa dan sampai kapanpun tidak ada satu makhluk yang dapat membuat yang semisal atau setara dengan al-Qur’an. Keagungan dan kemuliaannya tidak tertandingi. “Seandainya Kami turunkan Al-Qur’an ini kepada sebuah gunung, pasti kamu akan melihatnya tunduk terpecah belah karena takut kepada Allah. Perumpamaan-perumpamaan itu Kami buat untuk manusia agar mereka berpikir (Q.S. al-Hasyr: 21).
Begitu banyaknya keutamaan dan kemuliaan dari al-Qur’an sebagai kitab suci; dan di antara kemuliaan dan keistimewaannya yang patut diimplementasi oleh setiap orang Islam di setiap waktu, yaitu: “MEMBACANYA”.
Aktivitas membaca memang telah menjadi awal dari ajaran al-Qur’an. Ketika Allah SWT menurunkan awal dari al-Qur’an (Surah al-‘Alaq) ayat yang pertama langsung perintah membaca. Objek bacaan yaitu menyangkut segala yang diciptakan-Nya, baik itu ayat-ayat-Nya yang tersurat qauliyah (al-Qur’an) maupun ayat-ayat yang tersirat kauniyah (alam semesta). Membaca menjadi langkah seseorang memperoleh ilmu serta yang bermanfaat dalam hidupnya. Untuk mendapatkan ilmu, tidak cukup sekali baca akan tetapi harus dilakukan berulang kali, karena itu terlihat dari diulangnya perintah membaca pada ayat ketiga surah al-‘Alaq. Semakin intens orang membaca, maka ilmunya semakin meningkat pula.
Salah satu implikasi dari membaca al-Qur’an adalah “mendapatkan rahmat Allah”. Rahmat Allah sangat luas dan diberikannya tanpa batas kepada seluruh makhluk-Nya; akan tetapi manusia harus terus berusaha menunjukkan sikap keinginannya mendapatkan rahmat yang luas itu. Upaya mendapatkan rahmat yang mudah dilakukan adalah dengan membaca al-Qur’an. “Jika dibacakan Al-Qur’an, dengarkanlah (dengan saksama) dan diamlah agar kamu dirahmati (Q.S. al-A’raf: 204).
Membaca ayat al-Qur’an akan memberikan nilai positif bagi yang membacanya, demikian kepada yang mendengarkan secara seksama. Nilai positif dimaksud adalah “rahmat”. Bukankah rahmatnya Allah swt itu lebih luas dari murkanya? Rahmat Allah merupakan cinta kasih dan sayang yang tidak akan pernah berkurang.
Siapakah di antara manusia yang hidup tanpa rahmatnya Allah? Karena itu, Nabi Muhammad menyatakan: “Sesungguhnya rahmat-Ku mengalahkan kemurkaan-Ku (H.R. Bukhari, No. 3194; H.R. Muslim, No. 2751). Salah satu cara mendapatkan rahmat Allah yang sangat luas itu dengan mendengarkan, merenungkan, menyimak bacaan-bacaan ayat demi ayat dari al-Qur’an. Kembali Rasulullah menyatakan seperti dikutip oleh Tim Penyusun al-Qur’an dan Tafsirnya: “Barangsiapa mendengarkan dengan sungguh-sungguh ayat dari al-Qur’an, dituliskan baginya kebaikan yang berlipat ganda dan barangsiapa membacanya adalah baginya cahaya pada hari Kiamat” (H.R. Bukhari).
Mendengarkan saja telah dicatatkan kebaikan oleh Allah dengan berlipat ganda dan bagi pembacanya bukan hanya kebaikan yang berlipat ganda akan tetapi cahaya di hari Kiamat nanti. Jika balasan ini dihubungkan dengan kemuliaan bulan Ramadhan, maka bisa jadi tak terhingga kebaikan-kebaikan serta pahala yang diberikan Allah SWT kepada pelakunya, sebagaimana dikatakan oleh Rasulullah bahwa “Puasa itu untuk-Ku dan Akulah yang akan memberi balasan”. Termasuk balasan didalamnya yakni “membaca al-Qur’an”.
Oleh sebab itu, jadikanlah al-Qur’an sebagai bacaan setiap waktu karena dibalik bacaan tersimpan investasi amal masa depan yang tak terhingga dari Allah SWT. Jika membaca di luar bulan suci Ramadhan saja akan berlipat-lipat kebaikan, bagaimana pada bulan suci Ramadhan. Sebuah kerugian besar bagi yang tidak memanfaatkan sebaik mungkin bulan Ramadhan ini dengan memperbanyak membaca al-Qur’an. Masih banyak lagi sumber informasi dari Rasulullah tentang kemuliaan dan pahala yang diperoleh oleh orang-orang yang membaca al-Qur’an.
Semoga semakin banyak umat Islam yang tekun membaca al-Qur’an baik di bulan suci Ramadhan maupun di bulan lainnya dengan harapan limpahan rahmat Allah yang tak terhingga, sehingga semua itu akan menjadi investasi amal baik di dunia maupun di kemudian hari. Wallahul A’lam !