AKTIVI.ID– Lembaga Pengembangan dan Pelatihan (LPP) Mitra Edukasi telah menggelar Pelatihan Koding dan Kecerdasan Artifisial (KA) bagi 1.570 peserta yang terdiri dari calon guru pengampu mata pelajaran Koding dan KA dari delapan provinsi dan 27 kabupaten/kota di Indonesia.
Kegiatan ini dibuka langsung oleh Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kota Palu, Hardi, pada Rabu (9/7/2025), bertempat di Gedung Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan (LPMP) Sulawesi Tengah. Pelatihan dijadwalkan berlangsung selama lima hari, dari 9 hingga 13 Juli 2025.
Di hari pertama, pelatihan diikuti secara luring oleh peserta dari Kota Palu dan Kabupaten Sigi, sementara peserta dari Kabupaten Kaur dan Kabupaten Seluma (Provinsi Bengkulu), serta Kabupaten Sukabumi (Jawa Barat) mengikuti secara daring melalui platform Zoom. Pelatihan untuk peserta dari provinsi lain akan dijadwalkan disesi berikutnya.
Pelaksanaan pelatihan ini didasarkan pada Surat Keputusan Direktur Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan (Dirjen GTK) Kemendikdasmen Nomor 4806/C/HK.03.01/2025, yang secara resmi menunjuk LPP Mitra Edukasi sebagai salah satu Lembaga Penyelenggara Diklat (LPD) untuk program tersebut
Dalam sambutannya, Hardi menyampaikan bahwa pelatihan ini merupakan bagian dari implementasi Astacita Presiden Prabowo Subianto, khususnya dalam peningkatan kualitas SDM serta penguatan pendidikan berbasis sains dan teknologi. Ia menambahkan bahwa program ini juga selaras dengan prioritas Kementerian Pendidikan, khususnya dalam pembelajaran Koding dan KA di sekolah.
“Mulai tahun ajaran baru 2025/2026, mata pelajaran Koding dan KA akan mulai diterapkan di kelas 5 SD serta di kelas 7, 8, dan 9 SMP. Harapannya, para peserta pelatihan ini nantinya akan menjadi agen perubahan di sekolah masing-masing,” kata Hardi.
Ia juga mengingatkan akan pentingnya menyiapkan generasi Alpha dalam menghadapi era teknologi. Menurutnya, puncak bonus demografi Indonesia pada 2045 hanya akan membawa manfaat apabila generasi muda disiapkan sejak dini melalui pendidikan berbasis teknologi dan karakter.
“Penguasaan teknologi tidak cukup jika tidak dibarengi dengan pemahaman etika. Maka dari itu, dalam pelatihan ini para fasilitator juga mengajarkan bagaimana menggunakan teknologi secara bijak dan bertanggung jawab,” ujar Hardi.
Sementara itu, Kepala LPMP Sulawesi Tengah, Sinar Alam, menyambut baik kegiatan tersebut dan menilai bahwa mayoritas peserta merupakan guru-guru muda yang potensial. Ia berharap para peserta dapat mengimplementasikan materi pelatihan di sekolah masing-masing.
“Pelatihan ini sangat penting, terlebih bagi sekolah penggerak yang menjadi sasaran utama program prioritas kementerian. Kehadiran guru-guru terlatih ini adalah langkah awal untuk mengenalkan KA kepada siswa, walaupun masih dalam bentuk mata pelajaran pilihan,” ujar Sinar Alam.
Ia menambahkan bahwa sekolah-sekolah yang telah mengutus guru untuk mengikuti pelatihan diharapkan mulai menerapkan mata pelajaran tersebut. “Sayang sekali bila negara telah menggelontorkan anggaran untuk pelatihan, namun hasilnya tidak dimanfaatkan,” tegasnya.
Direktur LPP Mitra Edukasi Indonesia, Dr. Budiman Jaya, menjelaskan bahwa lembaga yang dipimpinnya merupakan salah satu dari yang ditunjuk Dirjen GTK Kemendikdasmen untuk melaksanakan pelatihan Koding dan KA. Lembaganya ditunjuk melakukan pelatihan di delapan provinsi, yakni Sulawesi Tengah, Maluku Utara, Papua Selatan, Papua Tengah, Sulawesi Barat, Sumatra Utara, Jawa Barat, dan Bengkulu.
LPP Mitra Edukasi telah merekrut 102 instruktur dan fasilitator yang sebelumnya telah menjalani pelatihan intensif di berbagai daerah. Dalam pelatihan fasilitator tersebut, beberapa peserta dari LPP Mitra Edukasi bahkan meraih predikat sebagai peserta terbaik.
Pembelajaran Koding dan Kecerdasan Artifisial ini katanya bukan sekadar tren, melainkan kebutuhan dalam dunia pendidikan modern. “Ini adalah bentuk nyata dari upaya peningkatan literasi digital, berpikir komputasional, dan kemampuan menyelesaikan masalah di era digital,”sebutnya.
Materi pelatihan mencakup berbagai aspek esensial, mulai dari analisis data, algoritma pemrograman, etika KA, pola pikir berpusat pada manusia (human-centered mindset), perancangan sistem KA, hingga teknik-teknik dasar dalam kecerdasan artifisial.
Budiman juga menguraikan pentingnya pendekatan berpikir komputasional, yakni melatih peserta didik dalam menyelesaikan masalah secara sistematis melalui proses dekomposisi, pengenalan pola, abstraksi, dan penyusunan algoritma.
“Dengan pendekatan ini, siswa akan lebih percaya diri dalam menghadapi tantangan digital yang terus berkembang. Kami juga berkomitmen membangun ekosistem pembelajaran yang inklusif dan berkeadilan agar semua anak mendapat akses terhadap pendidikan yang relevan dengan kebutuhan masa depan,” paparnya.
Usai pelatihan lima hari ini, para peserta diharapkan langsung dapat mengimplementasikan pembelajaran Koding dan KA di sekolah masing-masing, sesuai jenjang pendidikan yang diatur oleh kurikulum.*



