30.5 C
New York
Senin, Agustus 11, 2025

Buy now

spot_img

Kemerdekaan Bagi Pencari Rezeki di Pinggir Jalanan Kota

Bagi sebagian orang, makna kemerdekaan bisa jadi sangat sederhana. Di balik ingar bingar perayaan Hari Kemerdekaan, ada kisah Bapak Kuceng, seorang pemulung, dan Bapak Bakri, pedagang kaki lima, yang memaknai kemerdekaan sebagai kebebasan dari kesulitan hidup dan rasa khawatir saat mencari nafkah.

Oleh : Muhammad Fadrid dan Lita Darhin Teeni/ PPL UIN STAIN Datokarama

Kuceng seorang pemulung berusia hampir 90 tahun memberikan pandangannya terkait makna kemerdekaan, baginya merdeka adalah bahagia. “Bagi saya merdeka adalah bahagia,” ujarnya.

Ia juga mengatakan bahwa ia tidak banyak menuntut pada pemerintah. Baginya selama pemerintah tidak menghalangi dia bekerja dan masih ada tempat untuk mencari nafkah, itu sudah cukup.

“Urusannya dorang (pemerintah) itu, mau apa juga terserah dorang, yang penting kebahagiaan nya saya tidak diganggu” ujarnya sambil tersenyum.

Ketenangan yang dirasakannya kini adalah buah dari masa lalu yang penuh perjuangan. Bapak Kuceng mengenang, dahulu hidup jauh lebih sulit. Ia harus berlari-larian dan bersembunyi di hutan untuk bertahan hidup. “Sekarang hidup sudah enak, tidak harus hidup dalam ketakutan kaya dulu,” tuturnya.

Kemerdekaan yang dinikmati saat ini, baginya, seharusnya dirayakan dengan kedamaian. Ia berpesan, “Tidak usah ribut sesama masyarakat, ikuti pemerintah, tidak usah diributkan.” Sebuah pesan sederhana, namun mendalam, dari seseorang yang telah merasakan pahitnya masa-masa sulit.

Meskipun sudah berusia hampir 90 tahun, semangatnya untuk terus bergerak tidak pernah padam. Ia bercerita bahwa memulung adalah keputusan yang diambilnya sendiri, bukan paksaan. Anak-anaknya sering memintanya untuk berdiam diri di rumah. Namun, Bapak tiga anak itu menolak. “Kalau tidak keluar rumah, badan sakit-sakit,” katanya, menampakkan tekad kuat untuk tetap produktif di usianya yang senja.

Tak hanya bapak Kuceng, pandangan serupa juga disampaikan oleh Bakri seorang pedagang kaki lima yang sehari-hari berjualan es campur. Bagi pria yang berjualan di pinggir jalan WR. Supratman itu, kemerdekaan memiliki makna praktis yang sangat dekat dengan pekerjaannya.

“Bagi saya, merdeka itu kalau diberi kemudahan dan tidak dipersulit saja,” ungkapnya.

Bakri menjelaskan, kemudahan yang ia maksud adalah ketersediaan bahan baku yang murah. Ia menyadari bahwa harga-harga bahan pokok yang naik sangat mempengaruhi pendapatan para pedagang kecil sepertinya.

Dari balik gerobak es campurnya, Bakri memberikan pesan sederhana, “Merdeka itu kalau diberi kemudahan dan tidak dipersulit.”

Kisah Pak Kuceng dan Pak Bakri mengajarkan bahwa makna kemerdekaan bisa jadi sangat personal, yaitu dari kebahagiaan sederhana, ketenangan dari trauma masa lalu, hingga harapan agar pemerintah lebih memperhatikan dan mempermudah kehidupan rakyat kecil seperti mereka.**

Related Articles

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Stay Connected

0FansSuka
0PengikutMengikuti
0PelangganBerlangganan
- Advertisement -spot_img

Latest Articles