AKTIVI.ID– Kekerasan kembali terjadi di lingkungan pendidikan di Kota Palu, korbannya hingga kini masih menjalini proses pemulihan, setelah sebelumnya koma dan operasi batok kepala akibat kekerasan fisik yang dialami dari kaka kelasnya.
Kekerasan tersebut terjadi di lingkungan SDN 4 Palu, tepatnya pada tanggal 17 Maret 2025, tepatnya Pukul 07:30, 30 menit sebelum KBM dimulai (pukul 08:00). Hal ini berawal saat siswa kelas 1 atas nama Moh Alfarisi dibanting dan diduduki perutnya sambil dicekek oleh siswa kelas 2 (NM), tidak lama kemudian siswa kelas 3 (AB) datang sambil main pintu, melihat hal itu, pelaku kelas 2 memprofokasi Alfarisi untuk memukul siswa kelas 3. Karena takut dan dibawah ancaman sama pelaku kelas 2, Alfarisipun memukul bahu siswa kelas 3 tersebut.
Akibat pukulan itu, siswa kelas 3 inipun balik memukul Alfarisi, namun pukulan yang diberikan ke Alfarisi jauh lebih kuat dan berkali-kali, bahkan bukan memukul bahu melainkan diarahkan ke kepala tepatnya di atas daun telinga sebelah kanan, seketika itu korban jatuh karena kesakitan dan menangis.
Melihat Alfarisi jatuh, keduanya pun panik dan mengangkat korban dan pelaku kelas 3 meminta maaf. Kebetulan saat itu ada guru PPL dari salah satu perguruan tinggi di Kota Palu, mengetahui kejadian itu Ia pun datang melapor ke Wali Kelas 3 jika telah terjadi perkelahian di kelas 1 dan melibatkan siswa kelas 3.
Wali kelas 3 itu pun datang mempertemukan dan mendamaikan antara korban dan kedua pelaku di kelas 2. Namun dari dalam pertemuan itu kepala Alfarisi tidak diperiksa oleh pihak guru sekalipun guru mengetahui jika korban merasakan kesakitan bagian kepala.
Pihak sekolah juga tidak menginformasikan peristiwa itu ke pihak keluarga korban, hal itu diketahui saat jam sekolah selesai sementara Alfarisi tak kunjung muncul di rumah, setelah mengutus seseorang menjemput Alfarisi dan menemukan terbaring sendirian di dalam kelas berbantalkan tasnya.
Akibat kekerasan itu, batok kepala Alfarisi retak dan merobek mempuluh darah mengalirkan darah masuk membeku dan menekan ke otak, menyebabkan sejumlah saraf tidak aktif hingga membuat korban koma.
Korban dilarikan ke RS Anutapura lalu dirujuk ke RS Undata untuk mendapatkan penanganan operasi batok kepala mengeluarkan darah yang menekan otak. “Saat ini sudah jauh lebih baik, namun masih dalam proses pemulihan, terapi,”sebut Ayah Alfarisi, Basuki Jamal saat dikonfirmasi Sulteng Raya, di salah satu warung Kopi di Kota Palu, Jumat (30/5/2025).
Namun dibalik peristiwa itu, ada sejumlah kekecewaan dirasakan oleh orang tua korban, dialamatkan ke pihak sekolah dan Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kota Palu. Kedua institusi itu terkesan lepas tanggungjawab atas peristiwa itu. Pada hal peristiwa tersebut terjadi di lingkungan sekolah.
Bahkan menurut Basuki Jamal, salah seorang guru mengeluarkan kalimat yang tidak sepatutnya keluar dari mulut seorang tenaga pendidik, apa lagi tempat dan kondisi sangat tidak tepat.
Saat itu korban tengah terbaring di rumah sakit melawan maut, antara hidup dan mati. Sehari setelah dioperasi, rombongan guru dari SDN 4 Palu datang menjenguk, salah seorang diantaranya mengeluarkan kalimat jika korban memang anak nakal, perna jatuh dan mungkin ini sudah efeknya. Mendengar hal itu, orang tua korban sangat terpukul. “Tidak seharusnya guru ngomong begitu, apa lagi ini korban masih terbaring di rumah sakit, bukankah korban dan pelaku adalah anak-anak mereka juga, anak muritnya, mana rasa empatinya,”sebut Basuki Jamal.
Kaka korban juga sebelumnya sehari dari peristiwa itu, sudah datang ke sekolah mencoba menemui pihak sekolah menanyakan kronologi peristiwa, namun sayang yang didapatkan adalah pengancaman dari Kabid SD. Jika keluarga korban melapor polisi dan tidak cukup bukti, maka pihak sekolah atau dinas akan laporkan balik.
Komunikasi pihak sekolah ke keluarga korban dapat dihitung jari, bahkan terkesan yang lebih pro aktif melakukan komunikasi dan mengunjungi korban adalah pihak keluarga pelaku.
Atas kondisi tersebut, keluarga korban melapor ke pihak polisi. “Kita melapor ke polisi, perdata, dan sudah ada satu kali mediasi, namun belum ada titik temu,”sebut Basuki Jamal.
Basuki Jamal berharap ada tanggungjawab dari pihak sekolah, dan tidak ada lagi Alfarisi-Alfarisi lainnya yang mengalami perundungan di sekolah, mengingat perundungan tidak bisa dilihat sebagai kasus biasa, karena ini menyangkut nyawa manusia.
Tanggapan Dinas dan Sekolah
Kepala Bidang SD, Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kota Palu, Ahmadi menyampaikan, jika pihaknya tidak mengerti yang diinginkan pihak keluarga korban, mengingat pihak sekolah sudah mendamaikan korban dan pelaku, serta sudah menjenguk dan meminta maaf ke pihak keluarga atas peristiwa itu.
“Kita juga tidak mengerti yang diinginkan oleh pihak keluarga korban, saat ini kami sudah dilaporkan ke pihak polisi dan sudah dilakukan mediasi,”ujar Kabid.
Terkait ucapannya saat bertemu pihak keluarga di sekolah, mengaku terpancing karena pihak keluarga mengancam pihak sekolah untuk dilaporkan ke polisi. “Itu karena dia mengancam guru-guru mau dilaporkan ke polisi, sementara guru belum tau apa-apa ini,”sebutnya.
Hal yang sama diungkapkan oleh Kepala SDN 4 Palu, Hj. Nurhayati, jika tidak mengetahui persis yang diinginkan oleh pihak keluarga. Peristiwa memang diakui terjadi di lingkungan sekolah saat sebelum KBM dimulai, sehingga guru belum banyak yang datang karena kondisi saat itu hujan, dan saat ada guru yang mengetahui itu sudah langsung menangani serta mendamaikan ketiga anak.
Alfarisi juga tidak ditemukan terbaring sendiri di dalam kelas, melainkan baring bersama guru PPL sambil menonton film nabi-nabi, sebelumnya Alfarisi juga mengikuti proses pembelajaran sebagaimana biasanya. “Hanya lambat di jemput, sehingga Alfarisi baring nonton film nabi-nabi dengan guru PPL sambil menunggu jemputan,”jelas kepala sekolah.
Pihak sekolah kata Kepsek, selama ini terus berupaya membangun komunikasi dengan pihak keluarga korban, datang dua kali di Rumah Sakit Undata disambut baik oleh bapak Korban, dan datang dua kali ke rumah korban juga disambut baik oleh bapak korban.
“Walaupun kunjungan terakhir tanggal 10 April sudah tidak diperkenankan bertemu dengan Anak Alfarisi, dengan alasan yang belum diketahui oleh pihak kami,”ujar kepsek.*