AKTIVI.ID— Harga beras di sejumlah pasar tradisional di Kota Palu mulai menunjukkan tren penurunan dalam beberapa hari terakhir. Penurunan harga ini berkisar antara Rp1.000 hingga Rp2.000 per kilogram, dipengaruhi oleh dua faktor utama, yakni kucuran pasokan beras Stabilisasi Pasokan dan Harga Pangan (SPHP) dari Perum Bulog serta pengaruh menjelang musim panen raya yang diperkirakan akan terjadi pada bulan September mendatang.
Pantauan di Pasar Masomba Palu, harga beras yang sebelumnya berkisar Rp16.000 hingga Rp18.000 per kilogram kini turun menjadi antara Rp14.000 hingga Rp17.000 per kilogram, tergantung jenis beras. Beberapa jenis beras yang mengalami penurunan harga di antaranya Beras Kepala Lembek Rp14.000, Beras Kepala Super Rp16.000, Bramo Rp16.000, Santana Rp16.000, Cinta Nur Rp17.000, C4 Rp16.000, Pandawangi Rp17.000, dan Superwin Rp16.000.
Kondisi serupa juga terpantau di Pasar Manonda Palu. Harga beras untuk berbagai merek dan jenis cenderung seragam dengan Pasar Masomba, dengan rincian sebagai berikut Pandawangi Rp17.000, Superwin Rp16.000, Bramo Rp16.000, Kepala Rp16.000, Cinta Nur Rp16.000, Santana Rp16.000, C4 Rp16.000, dan Beras SPHP Bulog Rp12.500.
Sementara itu, di sejumlah kios di luar kawasan pasar tradisional, harga beras juga menunjukkan penyesuaian. Superwin, Santana, dan Kepala Super dipasarkan dengan harga Rp16.000 per kilogram, sedangkan Kepala Biasa dijual seharga Rp15.000 per kilogram.
Penurunan harga ini lebih dominan terjadi pada beras asal Sulawesi Selatan, yang sebelumnya dibeli pedagang dengan harga modal Rp15.200 per kilogram, kini turun menjadi sekitar Rp13.500. Sebaliknya, beras dari wilayah Kabupaten Parigi cenderung masih mempertahankan harga tinggi, sehingga belum banyak mengalami koreksi harga.
Meski harga mulai mengalami penurunan, para pedagang mengaku penjualan beras masih belum menunjukkan peningkatan secara siknifikan. Hal ini disebabkan oleh daya beli masyarakat yang belum sepenuhnya pulih akibat tingginya harga beras dalam beberapa bulan terakhir.
Halimah, salah seorang pedagang beras di Pasar Masomba, mengaku sejak harga beras melonjak beberapa waktu lalu, banyak pelanggan tetapnya mengeluh dan memilih beralih ke beras SPHP dari Bulog yang lebih murah. “Biasanya mereka beli beras jenis premium, tapi sekarang banyak yang cari SPHP karena selisih harganya jauh,” ujar Halimah, Rabu (6/8/2025).
Hal senada disampaikan Hartanti, pedagang lain di pasar yang sama. Ia mengatakan bahwa walaupun harga mulai turun, penjualan belum membaik. “Orang-orang masih menahan belanja beras banyak, karena mereka trauma dengan harga kemarin yang sempat tinggi sekali,” katanya.
Di luar kawasan pasar, penurunan penjualan juga dirasakan oleh Wawan, pengelola Kios Murni di Jalan Kalora. Ia menyebutkan bahwa omzet penjualan berasnya mengalami penurunan drastis sejak harga beras meroket beberapa waktu lalu. “Konsumen banyak beralih, bahkan ada yang beli beras kemasan kecil. Sekarang harga mulai turun, tapi belum terlalu berdampak pada penjualan,” ujarnya.
Penurunan harga beras ini diharapkan dapat membantu meredakan tekanan ekonomi rumah tangga, terutama menjelang panen raya pada September mendatang. Namun, pengaruhnya terhadap peningkatan penjualan belum terasa signifikan di tingkat pedagang. Mayoritas konsumen masih memilih beras SPHP Bulog sebagai alternatif konsumsi harian.
Bulog sendiri terus berupaya memperkuat distribusi beras SPHP ke pasar-pasar tradisional dan jaringan ritel untuk menjaga kestabilan harga dan ketersediaan pasokan.
Pemerintah daerah diharapkan turut mengambil langkah antisipatif dengan memantau harga dan stok beras secara berkala guna menghindari potensi gejolak harga baru di kemudian hari. Jika panen raya berjalan sesuai harapan, maka tren penurunan harga diprediksi akan berlanjut dan memberikan dampak positif yang lebih merata bagi masyarakat luas.*