17.5 C
New York
Senin, Juni 16, 2025

Buy now

spot_img

Generasi Rusak Dalam Penerapan Sistem Pendidikan Kapitalisme

Penulis: dr. Sri Wahyuni / pengamat pendidikan

Setiap tanggal 2 Mei, bangsa ini memperingati hari Pendidikan nasional  (Hardiknas) yang merupakan momentum penting bagi seluruh instansi pendidikan di Indonesia. Peringatan Hari Pendidikan Nasional ini dilaksanakan dalam rangka mengenang jasa Ki Hadjar Dewantara, sebagai Bapak Pendidikan Nasional, sekaligus merefleksikan kemajuan dan tantangan dunia pendidikan.

Seperti tahun-tahun sebelumnya, tema Hardiknas 2025 dirancang untuk merepresentasikan semangat zaman sekaligus cita-cita besar pendidikan di Indonesia. Mengutip Pedoman Peringatan Hari Pendidikan Nasional 2025 Nomor 7441/MDM.A/TU.02.03/2025, pada tahun ini, tema Hari Pendidikan Nasional 2025 yaitu, “Partisipasi Semesta Wujudkan Pendidikan Bermutu untuk Semua”. Tema ini menegaskan kepada seluruh elemen di Indonesia, baik pemerintah, masyarakat, dunia usaha, maupun peserta didik untuk mewujudkan pendidikan yang berkualitas. Tak hanya itu, harapannya melalui partisipasi seluruh lapisan, pendidikan yang bermutu dapat dinikmati oleh seluruh lapisan masyarakat. Hal ini sesuai dengan salah satu tujuan peringatan Hari Pendidikan Nasional, yaitu memperkuat komitmen seluruh insan pendidikan akan penting dan strategisnya pendidikan bagi peradaban dan daya saing bangsa.

Ditengah optimisme mewujudkan Pendidikan bermutu untuk semua, bukankah harus mereview kembali program- program pembelajaran yang akan dilaksanakan termasuk program penyelenggaraan ujian masuk sekolah ataupun masuk perguruan tinggi, selain itu perlunya perhatian terhadap tenaga pendidik, terpenuhinya sarana dan prasarana Pendidikan serta anggaran Pendidikan yang tercukupi.

Generasi Rusak

Rusaknya generasi tidak bisa dipungkiri salah satunya disebabkan oleh gagalnya sistem Pendidikan yang diterapkan saat ini. Sistem Pendidikan saat ini hanya bertujuan untuk mencetak manusia produktif dalam dunia kerja dan tidak lagi memperhatikan pembentukan kepribadian Islam yang sempurna bagi anak didik. Kurikulum yang digunakan hanya untuk memenuhi pangsa pasar yang sedang dibutuhkan. Porsi Pendidikan agama semakin dikurangi, bahkan bila perlu dijauhkan dalam proses pembelajaran.

Bukti nyata gagalnya sistem Pendidikan saat ini dapat dilihat dari bagaimana Pemanfaatan Teknologi untuk mengakali test UTBK, hal ini menggambarkan buruknya akhlak calon mahasiswa.seperti dilansir Beritasatu.com (25/4/2025) panitia UTBK SNBT 2025 menyoroti adanya modus kecurangan baru oleh sejumlah peserta UTBK SNBT 2025, yakni memasang kamera yang tidak terdeteksi metal detector di behel gigi, kuku, ikat pinggang dan kancing baju. Hal ini dikuatkan pula  oleh survey KPK, yang menyebutkan banyak siswa SMA dan mahasiswa yang menyontek.

Deputi Bidang Pendidikan dan Peran Serta Masyarakat KPK, Dadan Wardana menyampaikan bahwa dalam kejujuran akademik, kasus menyontek masih ditemukan pada 78% sekolah dan 98% kampus. Dengan kata lain menyontek masih terjadi pada mayoritas sekolah maupun kampus, Untuk kasus plagiarisme masih ditemukan pada 43% kampus dan 6% sekolah (dikutip dari detik.com (25 April 2025).

Penerapan Sistem Pendidikan Kapitalisme

Dalam sistem kapitalisme, penyelenggaraan Pendidikan akan dikuasai oleh pemilik modal sebagai pembuat kebijakan-kebijakan yang merubah pola pikir masyarakat, sehingga pendidikan hanya diarahkan untuk mencari lapangan pekerjaan semata.

Manusia saat ini ada yang disibukkan untuk meraih pendidikan setinggi-tinggi mungkin, yang tujuannya memperoleh suatu pekerjaan sebagai penunjang hidupnya. Namun, sebagian orang, pendidikan itu hanya sebatas iming-iming ijazah sebagai salah satu syarat untuk melamar pekerjaan. Hal ini membuat arti sekolah yang dulunya sebagai tempat pertumbuhan karakter manusia sekarang berubah fungsi sebagai tempat untuk mendapatkan ijazah. Sehingga tradisi menyontek, plagiat, serta suap menyuap menjadi hal yang biasa dilakukan oleh para peserta didik.

Kapitalisme di dunia pendidikan juga menyebabkan timbulnya kelompok masyarakat yang dibedakan berdasarkan status sosial dan ekonomi. Perbedaan biaya sekolah yang berbeda-beda menyebabkan pendidikan yang diperoleh pun menjadi tidak merata. Semakin besar kemampuan membayar peserta didik, maka semakin besar pula kesempatan untuk mengakses lembaga pendidikan bergengsi dengan kemewahan fasilitas. Selain itu, kapitalisme menjadikan pendidikan sebagai proses yang tidak memanusiakan manusia serta hanya akan menyebabkan solidaritas berkurang. Apabila pendidikan tetap bertahan dengan konsep kapitalisme, akan melahirkan manusia individual yang cenderung bersaing demi ego pribadi.

Inilah bukti ketidakseriusan dan ketidakpedulian pemerintah dalam penyelenggaraan Pendidikan dalam sistem kapitalisme, dimana akan lahir generasi muda yang jauh dari agama, sehingga setiap perilakunya tidak mempertimbangkan apakah boleh atau tidak dalam agama. Dan akan menghasilkan generasi yang liberal, yaitu mereka bebas melakukan apa saja tanpa adanya penjagaan dari akidah islam serta menciptakan generasi yang menjadikan ukuran keberhasilan/ kebahagiaan  berorientasi pada hasil/ materi.

Dari fakta pembahasan diatas mustahil untuk mewujudkan cita-cita besar Pendidikan di Indonesia.

Back to “Islam

Mewujudkan Pendidikan Bermutu tentu butuh sistem yang mendukung. Dari beberapa sistem yang ada saat ini  hanya dengan sistem islamlah dapat menciptakan sistem Pendidikan bermutu, dan akan mencetak generasi unggul berkepribadian Islam, terikat pada syariat Allah, memiliki ketrampilan yang handal, dan menjadi agen perubahan.

Sistem islam terbukti menghasilkan generasi yang gemilang. Seperti yang dialami oleh peradaban islam di puncak kejayaannya selama 13 abad. telah menghasilkan para ilmuwan sekaligus ulama besar yang sangat luar biasa dimana sumbangsihnya masih dirasakan saat ini. Seperti Ibnu Sina, Al-Khawarizmi, Ibnu Yunus, Ibnu Khaldun, Al Jazari dan masih banyak ilmuwan lain yang lahir di masa kekhalifahan Islam., Juga mempunyai perpustakaan dengan koleksi buku terlengkap dan terbesar, dan menjadi pusat pembelajaran bagi masyarakat Eropa dengan adanya Universitas Cordova. Kemajuan sains dan teknologi, utamanya di Andalusia (Spanyol) mempunyai reputasi selama ratusan tahun dan menduduki puncak tertinggi dalam pengetahuan filsafat, sains, teknik dan matematika.

Kurikulum Pendidikan berlandaskan akidah Islam. Dengan metode pengajaran talkiyan fikriyan atau berfikir mendalam, sistem pendidikan Islam akan mampu mencetak generasi unggul yang beriman dan bertakwa.

Dalam Islam, setidaknya ada tiga pilar yang harus ditegakkan dalam membentuk generasi yang bermental tangguh dan berpikir cemerlang. Tiga pilar yang dimaksud adalah pertama : Peran keluarga. Keluarga adalah wadah pertama terbentuknya generasi, dimana ibu sebagai madrasah pertama bagi anaknya. Menanamkan akidah sejak usia dini, mengenalkan kepada anak bahwa Allah telah menciptakan manusia dengan seperangkat aturan kehidupan.

Sehingga anak memahami tujuan hidupnya di dunia adalah untuk taat pada syariat Allah. Orang tua juga harus memahami Islam secara mendalam agar tidak ikut tergerus dengan arus kehidupan sekuler. Mendorong anak untuk menjadi anak yang saleh dengan aktif mengkaji Islam kaffah. Dari sinilah akan terbentuk generasi insan bertakwa.

Kedua : Peran masyarakat.  Masyarakat adalah sekolah besar bagi generasi. Dimana generasi hidup dan tumbuh di dalamnya. Jika masyarakat rusak, maka generasi pun akan rusak. Menjadikan halal haram sebagai standar nilai kehidupan masyarakat. Dengan begitu, peran masyarakat sebagai social control akan berjalan. Segala bentuk kemaksiatan akan dihilangkan, budaya saling menasihati dalam kebenaran akan berjalan. Ketiga :Peran negara. Negara adalah pilar yang menentukan dua pilar sebelumnya (keluarga dan masyarakat), karena negaralah yang akan menentukkan kualitas peserta didik melalui sistem pendidikannya.

Sistem pendidikan yang luar biasa ini tak akan mampu diterapkan tanpa sistem Islam yang menopang seluruh aspek kehidupan. Di sinilah peran penting negara untuk melaksanakan aturan Islam. Dengan Daulah khilafah islamiah, negara yang menerapkan syariat Islam secara sempurna tanpa pilih-pilih atau setengah-setengah.  Wallahu a’lam.

Related Articles

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Stay Connected

0FansSuka
0PengikutMengikuti
0PelangganBerlangganan
- Advertisement -spot_img

Latest Articles