-1.3 C
New York
Jumat, Desember 12, 2025

Buy now

spot_img

Penentu Hilirisasi Jagung Berkelanjutan: Produktifitas dan Manajemen Agribisnis

Oleh : Dr. Ir. Hj. Sri Jumiyati., S.P., M.Si., IPM., Asean Eng* (*Penulis adalah Dosen pada Prodi Magister Ilmu Pertanian Pascasarjana Universitas Muhammadiyah Palu-Artikel berdasarkan hasil penelitian melalui Skema pembiayaan Hibah  Kemdiktisaintek Tahun 2025 )

Kecamatan Palolo merupakan sentra produksi jagung di Kabupaten Sigi dengan jumlah produksi  12.878 ton dan memiliki luas panen 2.683 hektar pada tahun 2022. Kecamatan Palolo memiliki potensi besar yaitu kondisi geografis dan iklim yang mendukung pengembangan usahatani jagung. Disamping itu, produksi jagung sepenuhnya masih diperuntukan untuk memenuhi kebutuhan domestik, bahkan kegiatan impor jagung sampai saat ini masih cukup besar.

Masih tingginya kebutuhan komoditas tersebut merupakan suatu indikasi bahwa peluang pengembangan jagung dalam negeri relatif besar.  Pengembangan usaha tani jagung tidak akan terlepas dari sistem agribisnis komoditas itu sendiri, karena tidak semua petani mengusahakannya untuk dikonsumsi sendiri. Pengembangan agribisnis jagung di Kecamatan Palolo membutuhkan teknologi produksi benih unggul, penerapan teknologi budidaya dan pasca panen yang efisien, kebijakan yang mendukung investasi, kerjasama keuangan, dukungan teknologi, peningkatan kualitas sumber daya manusia, serta dukungan kegiatan pasca panen dan pemasaran.

Namun realitas di lapangan menunjukkan bahwa semua aspek tersebut masih terbatas khususnya yang terkait dengan input budidaya, kapasitas penyuluh pertanian dan akses finansial. Masyarakat sekitar hutan menggantungkan hidupnya pada sektor pertanian termasuk kegiatan pengembangan agribisnis jagung. Selain masalah sosial ekonomi, pengembangan agribisnis jagung dihadapkan pada masalah lingkungan yaitu terjadinya degradasi fungsi hutan dan lahan yang mengalami erosi dan sedimen tinggi serta menciptakan lahan kritis.

Degradasi lahan yang terjadi diakibatkan manajemen usahatani yang tidak berkelanjutan, khususnya penggunaan pestisida dan pupuk kimia pada praktik pertanian monokultur yang mengakibatkan pencemaran tanah dan air yang akan mempengaruhi ekosistem secara keseluruhan. Meskipun berbagai kebijakan pemerintah yang bermaksud mendorong perekonomian rakyat telah dilakukan, namun masih banyak masyarakat di sekitar hutan yang hidupnya dalam kemiskinan, baik yang berdomisili di dalam maupun di luar kawasan hutan.

Berdasarkan latar belakang dan permasalahan, diperlukan penelitian untuk menganalisis model agribisnis jagung yang tidak hanya dapat memberikan manfaat sosial ekonomi bagi masyarakat tetapi juga dapat membantu mengurangi dampak negatif terhadap lingkungan dan meningkatkan produksi untuk mendukung hilirisasi komoditi jagung berkelanjutan.

 Hilirisasi Jagung Berkelanjutan

Jagung memiliki peran yang cukup penting dan strategis dalam pembangunan nasional dan regional, serta terhadap ketahanan pangan dan perbaikan perekonomian. Disamping itu jagung menjadi penarik bagi pertumbuhan industri hulu dan pendorong industri hilir di dalam sistem dan usaha agribisnis. Pemerintah terus memperkuat agenda hilirisasi sektor pertanian sebagai langkah strategis untuk meningkatkan nilai tambah produk, membuka lapangan kerja, dan mempercepat pemerataan kesejahteraan rakyat.

Pengembangan hilirisasi produk pertanian pun sangat berguna untuk mewujudkan kedaulatan pangan dan peningkatan ekonomi masyarakat.  Melalui hilirisasi para petani dan pelaku agribisnis akan mendapatkan nilai tambah dan jaminan pasar yang luas. Keuntungan yang akan diperoleh oleh petani melalui program hilirisasi pertanian dengan diolah terlebih dahulu, petani berpotensi mendapatkan income hingga 12 kali lipat. Hilirisasi pertanian dilakukan dengan mengolah hasil pertanian menjadi produk turunan lain. Indonesia memiliki potensi untuk menguasai industri hilir pertanian yang akan berpengaruh pada serapan tenaga kerja.

Hilirisasi pertanian di pedesaan akan menciptakan lapangan pekerjaan bagi warga masyarakat, menurunkan angka pengangguran dan mencegah adanya urbanisasi. Jagung merupakan sumber karbohidrat lokal yang kaya serat, vitamin, dan antioksidan, serta mudah dibudidayakan. Melalui diversifikasi pangan, jagung dapat diolah menjadi berbagai produk bernilai tambah seperti keripik, susu jagung, tepung maizena, nasi jagung, hingga puding dan roti.

Inovasi tidak hanya memperluas pilihan pangan masyarakat, tetapi juga membuka peluang usaha baru dan meningkatkan nilai ekonomi hasil pertanian lokal. Diharapkan, pengembangan produk olahan jagung dapat menjadi langkah konkret dalam mewujudkan kemandirian pangan desa dan hilirisasi potensi lokal secara berkelanjutan.

Produktifitas Jagung

Jagung (Zea mays L.) merupakan salah satu komoditas yang dikembangkan dalam upaya menjaga ketahanan pangan nasional. Upaya peningkatan produktifitas jagung menjadi preferensi utama Pemerintah dalam hal ini Kementerian Pertanian untuk merumuskan kebijakan ketahanan pangan terkait ketersediaan dan keterjangkauan harga. Pasokan jagung di pasaran sangat dipengaruhi oleh produksi jagung di wilayah sentra produksi. Pergerakan pasokan jagung sangat dipengaruhi oleh produktifitas di wilayah sentra produksi. Secara umum panen jagung berlangsung sepanjang tahun, dengan puncak panen jagung yang biasanya terjadi pada bulan Februari – Maret.

Permasalahan dalam upaya peningkatan produksi jagung antara lain: (1) Berkurangnya areal untuk lahan pertanian; (2) Persaingan yang makin ketat dalam penggunaan air antara sektor pertanian dengan sektor-sektor lainnya yang menyebabkan ketersediaan air berkurang; (3) Makin mahalnya harga bibit bermutu tinggi, pupuk dan pestisida; (4) Makin langkanya tenaga kerja produktif sektor pertanian karena kesempatan kerja di sektor non pertanian dengan upah yang lebih tinggi. Pengembangan usahatani jagung masih mengalami beberapa kendala antara lain masih sedikitnya penggunaan benih hibrida, kelangkaan pupuk, kelembagaan belum berkembang, serta teknologi pasca panen dan panen yang belum memadai.

Sistem produksi dan tataniaga ternak ternyata belum dapat menunjang peningkatan produksi jagung. Selama ini makanan ternak didatangkan dari luar daerah dalam bentuk pakan jadi, sehingga tidak dapat menyerap produksi jagung petani. Komoditas jagung secara nasional memiliki daya saing yang baik ditunjukkan oleh indikator keunggulan komparatif (DRCR) dan keunggulan kompetitif (PCR) yang tinggi. Namun karena kondisi laju peningkatan produksi lebih lamban dibanding laju permintaannya, maka impor jagung terus bertambah. Instrumen kebijakan strategis diperlukan untuk meningkatkan pendapatan petani dan produktifitas jagung agar dapat mengimbangi laju peningkatan permintaan.

Manajemen Agribisnis Jagung

Upaya pengembangan usaha tani, komoditas jagung akan senantiasa masuk kedalam jejaring kegiatan agribisnis komoditas tersebut. Artinya keberhasilan dalam meningkatkan produktifitas dan hilirisasi jagung tidak bisa terlepas dari manajemen agribisnis jagung. Jagung merupakan komoditi pertanian yang penting dalam memberikan nilai tambah cukup besar. Fasilitas penunjang yang mendorong keberhasilan manajemen agribisnis jagung sangat dibutuhkan antara lain kemudahan untuk mendapatkan bantuan modal usaha, teknologi, dan penyuluhan. Peraturan pemerintah daerah/pusat yang mendukung kinerja usaha agribisnis dan budi daya jagung juga berperan penting.

Berdasarkan aspek kelembagaan, diantaranya adalah kinerja kelompok tani jagung yang masih belum banyak berperan, petani belum melakukan kemitraan dengan pihak lain, seperti dengan pengusaha jagung dan produk turunannya, dan masih sangat sedikit kelompok yang mampu mengakumulasi modal usahanya. Permasalahan dari aspek usaha/produksi, di antaranya mahalnya harga pupuk dan obat-obatan, kurang maksimalnya praktek budi daya, sehingga hasil yang didapatkan belum maksimal. Serangan hama penyakit jagung masih sulit untuk dikendalikan terutama penyakit hawar daun dan hama lainnya, seperti ulat grayak; penangan panen dan prosesing masih kurang mendapat perhatian dari petani, sehingga tingkat kehilangan hasil masih tinggi.

Dengan demikian agribisnis jagung di wilayah sentra jagung cukup berpotensi dan mempunyai prospek yang lebih baik bila dibenahi alur tataniaganya. Untuk mengatasi pemasaran dan harga jagung yang berfluktuasi perlu dilakukan pembaharuan secara terus menerus dengan melakukan inovasi teknologi mulai dari proses produksi, pengolahan maupun pemasaran.

Pengembangan manajemen agribisnis jagung dihadapkan pada era globalisasi dan tuntutan tarhadap efisiensi agar dapat bersaing di pasar global. Hal tersebut merupakan tantangan dan sekaligus peluang dalam merebut pasar domestik dan global. Hal tersebut didukung oleh adanya keunggulan komparatif yang dimiliki seperti biaya tenaga kerja yang rendah, sumber daya alam yang melimpah (air dan tanah) dan jumlah penduduk yang besar, serta memiliki keunggulan kompetitif karena pasar produksi komoditi jagung masih sangat dibutuhkan dengan biaya produksi yang relatif rendah. Untuk memanfaatkan peluang-peluang tersebut,  maka pengembangan agribisnis jagung perlu dilakukan dengan melibatkan stakeholder dan instansi terkait.

Peran kelembagaan pertanian sangat menentukan termasuk di dalamnya lembaga koperasi dan lembaga asosiasi. Disamping itu, diperlukan adanya kelembagaan koperasi pedesaan. Pengembangan manajemen agribisnis jagung membutuhkan pengembangan sumberdaya agribisnis, khususnya pemanfaatan dan pengembangan teknologi serta pembangunan kemampuan Sumber Daya Manusia (SDM) Agribisnis agar dapat beradaptasi terhadap perubahan pasar. **

 

Related Articles

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Stay Connected

0FansSuka
0PengikutMengikuti
0PelangganBerlangganan
- Advertisement -spot_img

Latest Articles