AKTIVI.ID-Pada zaman modern, ada banyak alat navigasi untuk melacak lokasi, menentukan waktu berdasarkan posisi Matahari, hingga memetakan sebuah tempat dengan akurat. Namun, bagaimana dengan kehidupan seribu tahun yang lalu?
Jika saat ini alat navigasi modern seperti maps dibuat oleh bangsa Eropa, maka ribuan tahun lalu, alat navigasi kuno sudah dibuat oleh ilmuwan muslim. Pada abad ke-10, seorang ilmuwan wanita muslim bernama Maryam Al Ijliya, mengubah sejarah dunia astronomi dengan membuat astrolabe.
Astrolabe merupakan alat yang bisa digunakan untuk menghitung waktu, posisi Matahari dan bintang-bintang, penunjuk lokasi, serta menentukan ketinggian gunung. Berkat inovasi penemuan ini, ia kemudian dikenal oleh dunia global sebagai Mariam Al Astrulabi, demikian dilansir The New Arab.
Nenek Moyang Maps
Bisa dikatakan astrolabe memiliki fungsi yang sama seperti maps sebagai alat navigasi. Bedanya, dengan keterbatasan teknologi seribu tahun lalu, Maryam terbukti bisa melakukan kemajuan di dunia astronomi.
Mengutip Britannica, astrolabe terbuat dari logam, kuningan, atau besi dan berukuran 8-46 cm. Secara umum, bentuknya bulat lonjong.
‘Astro’ sendiri memiliki arti ‘bintang’ dalam bahasa Yunani, sedangkan ‘labe’ berasal dari kata Yunani berarti ‘pengambil/pencari’. Secara kasar, astrolabe bisa diartikan dengan pencari bintang.
Maryam, memiliki pengetahuan tentang astronomi dari ayahnya, yang juga dikenal dalam dunia alat navigasi pada zamannya. Dengan bekal pengetahuan dan daya belajarnya, ia mengembangkan astrolabe yang bisa dilakukan untuk pengamatan astronomi, ketepatan waktu, dan navigasi.
Inovasinya kemudian menjadi landasan pengelolaan transportasi dan jalur komunikasi masa itu. Dengan inovasinya, Maryam juga dianggap telah berkontribusi dalam sistem pelacakan posisi Matahari, Bulan, bintang, dan planet. Tak hanya itu, yang lebih penting bagi umat Islam, yakni instrumen buatannya bisa menentukan waktu salat dan tanggal Ramadan.
Berkat inovasinya itu, Maryam dianggap sebagai salah satu dari 200 astronom paling terkenal dalam sejarah.
Menyebar ke Eropa dan Digunakan para Pelaut
Tak hanya Maryam, pada masa kejayaan Islam, ilmuwan muslim banyak memberi kontribusi ilmu dalam dunia astronomi. Sebut saja Al Battuni, Al Kharawizmi, dan Thabit Ibn Qurra, hingga Ali Al Qushji, Ulugh Bey, hingga Al Biruni.
Pada masa Abad Pertengahan, inovasi astrolabe Maryam banyak dipakai oleh umat Islam dan bangsa Eropa. Penggunaannya, bahkan semakin umum di kalangan pelaut sekitar abad ke-15.
Meski cikal bakal astrolabe diyakini dari Yunani kuno, tapi versi inovasi Maryam dianggap yang paling sempurna. Pada 1990, inovasi Maryam diakui oleh dunia astronomi modern, ketika Henry H Holy menemukan karya terbaik di Observatorium Palomar dan menamakannya 7069 Al Ijliyye.*